SANG DARAT dan SANG UDARA

SANG DARAT DAN SANG UDARA

       Darat adalah tanah yang kupijakkan sekarang. Udara adalah kebutuhan yang tak pernah berhenti hingga aku tak bernyawa lagi. Dua tempat yang tidak terpisah jauh, takkan bisa terpisahkan. Dua tempat yang selalu bersama di belahan bumi manapun aku berada.
       Dua orang serdadu, berbeda akademi, namun memberikan cerita yang sama, mengisi masa sekolahku dengan penuh kasih. Dua orang serdadu, yang pernah mewarnai hariku, memberikan aku banyak kebingungan. Namun mengajaranku untuk menjadi wanita tangguh.
       Sekarang, aku sedang duduk di atas lantai dingin tanpa tikar di kamarku. Berhadapan dengan laptop berwarna hitam abu yang aku letakkan di kasurku. Dan aku memulai untuk bercerita tentang SANG DARAT dan SANG UDARA yang pernah mengisi masa sekolahku, ketika aku duduk di bangku SMA.
       16 Juli 
Pertama kalinya, aku menginjakan kaki di SMA, entah apa yang ada dalam mau ku?. Resah rasanya, aku tak ingin namun ingin. Sungguh berbelit apa yang ada dalam inginku. Namun aku coba jalani hari pertama ku masuk di sekolah ku yang baru tentunya lebih tinggi jenjangnya. Bertemu teman baru memang sudah keharusan sebagai peserta didik baru dan tak asing lagi bagiku untuk berkenalan dengan teman baruku. Selang beberapa saat, ketika aku sedang dalam buaian resah, entah apa yang aku resahkan?. Menoleh pada jendela kelas, dan entah dari mana makhluk itu datang, membuat senyum di hatiku dan kecil di bibirku. Rasanya tenang setelah tahu keberadaannya.
Setelah hari pertama itu, aku melewati hari- hari yang datang dalam waktuku. Diantara hari-hari itu, aku banyak merasakan apa itu rasa hati?. Kasmaran. Orang tua bilang begitu pada anak muda yang masih berusia sepertiku. Hmm memang begitu. Entah apa yang ada di rasa ku, saat seorang kakak kelas dengan motor sportnya menghampiriku, aku memang mengenalinya. Ya! dia teman kecilku, sudah lama aku tak berbincang padanya, meskipun rumah kami cukup dekat. Hanya saat kita mengikuti organisasi pemuda yang ada di RW ku, kita mulai berbincang lagi. Sosok kakak yang baik dan pengertian. Ia bahkan peduli padaku, jika melihat aku sedang berjalan dan menemuinya ia selalu menanyakan ‘’mau kemana ?’’ lalu mengajakku untuk bersama dengannya.



Fatih Mahendra. Itu namanya, sekarang ia tepat di sampingku untuk mengajakku berangkat bersama dan aku mengiyakan ajakannya. Hingga sampai di sekolah, malu rasanya dilihat oleh teman-temannya ataupun teman-temanku, tapi itu hanya sekali saat pertama kalinya aku datang ke sekolah dengan dia.
3 Mei 
Hingga hari ini, adalah hari kelulusan dan perpisahan kakak kelasku. Termasuk Fatih. Artinya semua sudah berakhir di sekolah. Tapi tidak di hatiku. Pagi, saat surya baru muncul di tempatnya. Aku menunggu di pintu tamu para siswa. Kenapa aku ada di acara kelulusannya? Iya karena, aku adalah salah seorang panitia kelulusan. Sudah menunggu berjam-jam, tapi Fatih tak juga tampak. Kemana dia? Tak mungkin dia tidak mengikuti acara kelulusannya. Alih-alih aku mendapat kabar bahwa ia sedang mengikuti tes untuk mendaftar menjadi seorang Taruna Akademi Militer. Sedih rasanya.
Pukul 13.34
Penayangan film garapan kakak kelasku sedang tayang. Kau tau apa yang terjadi?. Saat itu     ‘’hey itu, dia datang’’ teriak seseorang dari kelasnya Fatih. Aku yang sedang berjalan tepat di pintu masuk menoleh kearah pintu. Dan. ‘’dan kau hadir mengubah segalanya, menjadi lebih indah’’ kata kata yang melintas di hatiku. Sebuah lagu. Kejutan apa ini, Fatih?.
       27 Juni 
Hari ulang tahunku, iseng-iseng aku membuka facebookku dan mendapatkan pesan ucapan ulang tahun dari temanku. Sudah aku tutup lagi facebook nya.
       8 Juli 
Kubuka lagi facebook ku, terdapat satu pesan dari teman SMP ku. Khalif Farzan. Ia memintaku untuk memberitahu nama ID ku dan aku  memberinya. Ini aku sudah menjadi kakak kelas tingkat satu. Kelas 2 SMA.
       Khalif, ia seorang anak menengah kejuruan di sekolah favorit kota bandung, jurusan teknologi pesawat udara. Kutanyakan padanya, ‘’Lif, kau jadi pilot cocok deh, kan tinggi pintar pula’’, ia menjawabnya ‘’haha iya dong, tapi sekolah pilotkan biayanya cukup mahal’’. ‘’ tak apa, kaukan bisa masuk Akademi Angkatan Udara’’ saranku. ‘’iya, nanti aku coba cari beasiswa, siapa tahu aku dapat, kalau tidak, ya aku akan masuk AAU’’ harapnya. ‘’iya aamiin’’ mendokan dia.
       Berlanjut, aku masih berhubungan dengannya walau kami beda sekolah. Kasmaran. Kata itu lagi mungkin yang tepat diucapkan.
       Dan sebenarnya aku masih tak tahu siapa yang bertahta di hatiku, bagaimana kalau Fatih dan Khalif sama-sama denganku. Siapa yang akan ku pilih?. Mereka berdua sama-sama ku butuhkan, sama-sama bertahta di negeri hati. Iya, mereka bagai darat dan udara, bagai tanah dan langit dan aku manusia yang berdiri diantara mereka. Aku tak memastikan bahwa salah satu diantara mereka adalah pasangan hidupku. Aku bukan Tuhan. Aku hanya seorang manusia yang hanya bisa berharap dan memperbaiki diri.
       1 Agustus 
Sebentar lagi ada sang prajurit baru, ‘‘Prajurit Lembah Tidar’’. Iya. Fatih akan meninggalkan tanah pijakannya sekarang. Aku berlari diantara embusan hangat dibawah mega dalam pelukan senja. Menuju tanah lapang dan menemui seseorang yang sudah berjanji akan ku temui. Senja masih menemaniku hingga aku sampai pada tempat perjanjian. Belum sempat aku memangilnya, ia berbalik ke arahku dan berkata ‘‘rupanya kau sudah sampai, oh apakah kau berlari?’’. Dengan nafas yang tersendat ‘‘ya aku berlari, karena, aku tak mau kau menunggu lama’’ kataku. ‘‘hm kau semangat sekali sih, adik’’ celotehnya. ‘‘hehe’’. Rasanya ingin air mata, ku tumpahkan di depannya. Namun aku tak mau menjadi wanita lemah di hadapannya, rasanya seolah tak menghargai apa yang telah ia ajarkan padaku. Wanita tangguh. Itu yang ia inginkan. Aku memberikan hadiah untuknya. Jam bercorak loreng bermerk swiss army dan miniature tank baja yang berwarna hijau loreng juga.
Ia tersenyum padaku, mungkin senyuman terakhir di senja itu. Hingga akan ku lihat lagi senyumnya setelah 4 tahun kedepan. Sang prajurit darat telah pergi ke tempat pendidikannya. Akan lahir putra terbaik bangsa perwakilan keluarga kecil tetangga, yang akan mengabdi pada Negara.
27 Juli setelah aku lulus sekolah
       Hey! Udara akan kedatangan teman baru!
Handphone ku berdering, ada telepon dari seseoang. Khalif. Kuangkat. ‘‘hallo’’ ‘‘hallo, Anit! Aku lulus tes AAU dan sekarang aku akan menjadi Taruna AAU’’ dengan rasa senang yang penuh. ‘‘hah? Yang benar? Aku tidak menyangka, kau hebat!’’ aku berkata dengan penuh rasa tak sangka dan bangga. ‘‘terimakasih Anit! Nanti ku hubungi lagi’’ tutupnya. Huh! Aku berbangga lagi, Sang Udara akan mendapat kawan baru. Tentu saja dengan pergi meninggalkanku. Tapi aku merasa senang, sangat senang.
       1 Agustus 
Satu tahun, setelah Sang Darat pergi ke tempat tujuannya. Kini, berganti Sang Udara yang akan meninggalkan tanah pijakkannya. Tak ada lagi prajurit masa sekolahku yang akan duduk nyata di sampingku, aku hanya punya dua prajurit dan mereka mengejar maunya. Aku masih termenung, sebelum akhirnya aku beranjak menuju tanah lapang. Aku berlari, sangat tepat seperti satu tahun lalu, dalam senja pelukan jingga. Hingga aku menemuinya di tempat yang sama pula seperti satu tahun lalu dengan seseorang yang berdiri namun berbeda insannya. Aku menghampirinya, ia tersenyum padaku dan mengusap halus kepalaku, lalu aku memberikan hadiah perpisahan untuknya, jam bercorak loreng biru bermerk fortuner juga miniature pesawat udara. Kita tanpa kata hanya ada hampa seperti udara namun manis dengan senyuman.
30 Agustus 
Kini, tinggal aku yang berdiri di tanah lapang yang sama, menatap senja yang hangat ditambah pelukan mega jingga yang indah. Berpijak di atas tanah dibawah angin. Berdiri di darat di bawah udara. Lalu pergi meninggalkan tanah perpisahan, senjapun mengikutiku. Pergi. Namun daratan dan udara yang ku pijak selalu bersama denganku. Hingga mengantarkanku ke tempat pendidikan tertinggi ku. Yogyakarta. Aku disini. Aku tetap sama. Diantara Darat dan Udara.


Bandung, 21 Juli 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTERAKSI SANG LAUT: PERTEMUAN PERTAMA

AKU DAN DIRIKU