Postingan

Menampilkan postingan dari 2019
PUISI DUS ROTI      Hallo..      Di antara angin dan hujan Aku adalah ranting pohon Yang berusaha kokoh Dan tak terjatuh Karena, jika aku terjatuh Siapa lagi yang akan menompang daun? Yang kerimbunannya selalu teduh Dan ceria bersemi setiap tahun     Apa Kabar?.. Di antara bulan dan bintang Aku adalah langit Yang takkan pernah hilang Meski ada pertarungan badai yang sengit Karena, Jika aku hilang Siapa lagi yang akan menampung bulan dan bintang? Yang menghias angkasa dengan gemilang Dan ceritanya ada di antara awan dan ilalang     Sedang Apa?.. Di antara senja dan pagi Aku adalah siang Yang selalu menyinari Meski kau selalu pening  Karena, jika aku tidak ada Siapa lagi yang akan menguatkan? Yang selalu terang dan meramaikan Dan aktivitasnya lelah namun membuat kau berada   Aku Rindu.. Di antara pantai dan gunung Aku adalah kota Yang hiruk pikuknya terdapat tawa di sela kata Meski sebenarnya beban sudah tak terben

AKU DAN DIRIKU

AKU DAN DIRIKU      Tak ada yang tahu pasti      Siapa aku dan diriku ini?      Mereka hanya tahu aku      Sekedar aku       Tak ada yang kenal pasti       Siapa diriku ini?       Mereka hanya tahu aku       Sekedar aku        Tak ada yang bisa pasti        Menebak apapun dariku        Yang sesungguhnya mati        Hilang karena topengku         Tak ada yang mengerti pasti         Apa yang ada dalam benakku?         Semua hilang karena fatamorgana licik         Yang ada pada aku dan diriku          Tak ada yang mendengar pasti          Jeritan berisik dari akal dan hatiku          Hanya Tuhan saja yang tahu pasti          Aku dan dirikupun tak pasti tahu      Bandung, 18 Juli 2019 Aninda Zulian                 

cerpen : perempuan lupa waktu

Perempuan Lupa Waktu             Wanita itu berjalan menghampiriku, menyapa dan menanyakan kabarku. Aku sedikit heran dan terkejut. Ya! Aku ingat. Seketika langsung ku ingat. Ia adalah kawan lamaku. Aku mulai berjalan dengan pertemuan ini. Pertemuan yang tak di rencanakan dan sudah lama dinanti. Ia datang dengan senyumnya yang ceria bak anak kecil yang mendapatkan kembang gula.           Ia masih sama seperti dulu. Matanya yang tajam nan imut, bibirnya yang selalu bercerita tentang apa saja. Kini ia berdiri di hadapanku. Aku ramal, kami akan berbincang lama. Aku mengajaknya duduk di bangku pinggir jalan. Kami berbincang. Ngalor-ngidul.           Dulu aku menyebutnya si koi. Iya! ikan hias yang mengisi aquarium rumahku. Ikan berbadan gendut dan berbibir bulat yang menggemaskan. Tidak! Dia tidak seperti ikan koi yang gendut itu. Maksudku ia memang menggemaskan. Wanita yang ceria dan bibirnya yang senang bergerak buka-tutup seperti ikan koi. Hahahaha aku tak bermaksud meledeknya.

prosa : Atmosphere

"Atmosphere"      Lapisan udara yang melindungi bumi dari benda asing luar angkasa, ya itulah atmosphere . Tidak, tidak hanya itu, kalau kau tau banyak pengertian dari masing- masing akal dan perasaan.      Senja. Adalah sebuah unsur yang selalu dibicarakan oleh orang-orang. Keberadaanya selalu dinantikan. Bahkan keindahannya selalu diburu. Mega jingga yang membentang di langit sore itu seakan selalu mempunyai makna disetiap bait orang-orang. Ya, sedih, senang selalu begitu. senja, kopi dan kenangan. Hmmm, mereka lebih mengenalnya begitu.      Dan aku? Ya aku adalah salah satu dari bagian pemburu senja. Aku selalu ingin menikmati cahayanya yang hangat menuju dingin. Bahkan aku rela berlarian menuju lapang luas, tempat tinggi hanya untuk melihatnya. Momen matahari terbenam di sebelah barat bumi itu memang selalu menjadi momen yang tak bisa dilewatkan begitu saja setiap harinya.        Tapi, ada yang kurang dari senja. Ia hanya menjadi perantara antara siang dan mal