prosa : Atmosphere
"Atmosphere"
Lapisan udara yang
melindungi bumi dari benda asing luar angkasa, ya itulah atmosphere. Tidak,
tidak hanya itu, kalau kau tau banyak pengertian dari masing- masing akal dan
perasaan.
Senja.
Adalah sebuah unsur yang selalu dibicarakan oleh orang-orang. Keberadaanya
selalu dinantikan. Bahkan keindahannya selalu diburu. Mega jingga yang
membentang di langit sore itu seakan selalu mempunyai makna disetiap bait
orang-orang. Ya, sedih, senang selalu begitu. senja, kopi dan kenangan. Hmmm,
mereka lebih mengenalnya begitu.
Dan aku? Ya
aku adalah salah satu dari bagian pemburu senja. Aku selalu ingin menikmati
cahayanya yang hangat menuju dingin. Bahkan aku rela berlarian menuju lapang
luas, tempat tinggi hanya untuk melihatnya. Momen matahari terbenam di sebelah
barat bumi itu memang selalu menjadi momen yang tak bisa dilewatkan begitu saja
setiap harinya.
Tapi, ada yang kurang dari senja. Ia hanya
menjadi perantara antara siang dan malam. Ia juga akan hilang dalam hitungan
menit. Ia memang indah, tapi sesaat.
Tunggu,
kenapa kau hanya mengagumi senja? Padahal ada fajar yang lebih indah untuk
mengawali harimu. Bahkan, cahayanya lebih hangat daripada senja. Sinarnya
menandakan dunia masih ada. Oh ayolah! Meski sama-sama perantara antara malam
dan siang.
Berhenti memperdebatkan itu! Atmosphere!
Tanyakan pada atmosphere!
Atmosphere tidak bisa menjelaskannya. Baiklah.
Bagiku, baik fajar ataupun senja memang indah, dan aku menyukainya. Tapi, aku
jatuh cinta pada langit. Aku terlanjur jatuh cinta pada langit. Meski tak
selalu indah. Meski ia terkadang cerah, berawan, mendung, gelap, hujan,
berpetir, panas, berbintang, apapun itu. Tapi tetap, aku jatuh cinta. Langit
memang begitu, tapi ia selalu ada dalam hari-hari bumi hidup.
Bahkan,
langit adalah unsur utama dalam fajar, senja, hujan, salju, dan semua yang
berkaitan dengan elemen atmosphere. Ia juga tak kalah indah dengan lukisan alam
lainnya. Bahkan tuhan menciptakannya hingga tujuh lapis.
Begitulah
menurut versiku, jika kau tak setuju, tak apa, toh aku masih jatuh cinta pada
langit seperti hujan ataupun salju, atau bahkan embun yang hanya menempel di
daun kemudian lenyap dan akan kembali lagi esok.
Aku ingin
menjadi awan, matahari, bintang, bulan ataupun unsur lainnya dalam elemen
udara, aku ingin mengencanimu kapanpun.
Beruntungnya aku diciptakan untuk terlahir di
bumi ini, dan mengenalimu. Beruntungnya juga kau memang sama-sama tercipta
sepertiku. Kita bertemu di bumi.
Bandung, 15 Maret 2019
AnindaZu
Komentar
Posting Komentar